Minggu, 19 April 2009

menjadi muslim sejati di kehidupan sosial

Menjadi Muslim Yang Sejati di Kehidupan Sosial
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

Manusia hadir di muka bumi ini bukan karena kehendaknya sendiri, kehadirannya itu adalah kehendak Allah SWT yang telah menciptakannya melalui perantaraan kedua orang tuanya. Oleh karena itu tidak seorangpun yang mempunyai tujuan untuk menjadi ada atau tidak ada, untuk dilahirkan atau tidak dilahirkan, termasuk juga orang tuanya yang menjadi perantaranya.banyak contoh peristiwa berupa peristiwa sepasang suami istri yang mendambakan memperoleh anak, ternyata tidak diberi Allah SWT seorangpun, sampai keduanya menutup usia masing-masing. Banyak pula ibu yang mengandung, ternyata berulang kali mengalami keguguran. Diantaranya ada pula yang pada saat melahirkan sang bayi yang didambakan langsung meninggal. Demikian pula sebaliknya jika Allah menghendaki ada orang tua yang anaknya belasan orang , terdengar melahirkan lagi atau telah mengikuti program keluarga berencana masih juga hamil dan memperoleh bayi, meskipun semula tidak terlalu diinginkannya. Jika ada orang tua atau suami istri yang mempunyao tujuan agar mempunyai seorang atau lebih anak , maka tujauannya itu sangat subyektif, bukanlah tujuan penciptaan manusia di muka bumi bersifat universal. Misalnya, ada orang tua yang menginginkan kelahiran seorang anak laki-laki yang dikatakannya pantas sebagai penerus keturunan, karena sudah berbilang-bilang anaknya perempuan, sebaliknya ada juga yang menginginkan kelahiran seorang anak perempuan, yang dikatakannya akan menjadi temen orang tua setelah usia lanjut, karena sudah berbilang-bilang pula anaknya laki-laki.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa manusia yang pasif tidak ada yang mengetahui maksud penciptaannya. Oleh karena itu Allah SWT melalui firmanNYA berusaha memberitahukan dan menyadarkannya, karena penciptaan manusia itu bukanlah sesuatu yang sia-sia. Sehubungan dengan itu Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qiyaamah ayat 36 dan 40 sebagai berikut :[1]
Ü=¡øts†r& ß`»¡RM}$# br& x8uŽøIム“´‰ß™ ÇÌÏÈ
36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
}§øŠs9r& y7Ï9ºsŒ A‘ω»s)Î/ #’n?tã br& }‘Å¿øtä† 4’tAöqpRùQ$# ÇÍÉÈ
40. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?

Siapa yang disebut sebagai Islam sejati ?

Mari kita lihat apa yang dikatakan Allah mengenai kahidupan dan hati mereka.
ö@è% ¨bÎ) ’ÎAŸx¹ ’Å5Ý¡èSur y“$u‹øtxCur †ÎA$yJtBur ¬! Éb>u‘ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ Ÿw y7ƒÎŽŸ° ¼çms9 ( y7Ï9ºx‹Î/ur ßNöÏBé& O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ÇÊÏÌÈ
162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".[2]

Hal senada juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW :
“Orang yang mencimtai demi memperoleh ridlo Allah semata dan orang yang benci hanya karena Allah dan apapun yang ia berikan ia hanya memberi karena Allah dan apapun yang ia sembunyikan ia pun menyembunyikannya hanya karena Allah semata, sungguh dia inilah yang menyempurnakan imannya.”(H.R. Abu Dawud)[3]
Al-qur’an menjadi penjelas apa yang dikehendaki Allah dari kita. Kita harus mencurahkan sepenuhnya diri kita untuk mengabdi kepada Tuhan. Kita mati juga hanya untukNYA semata. Kita dan dunia sekeliling kita adalah milik Allah. Artinya , kita tidak boleh mengabdi kecuali kepada Allah, hidup mati kita bukan untuk seseorang melainkan untuk Allah.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an. Untuk menjadi seorang yang muslim sejati, rasa cinta dan benci kita atas sesuatu, kasih sayang kita, hubungan dan transaksi dalam hidup kita, hanyalah untuk satu tujuan, memperoleh ridlo Allah SWT. Tanpa ridlaNYA iman kita tidak sempurna. Kemungkinan iman menjadi lebih tinggi dalam pandangan Allah tidak akan pernah ada. Semakin ridlaAllah, semakin iman tidak sempurna.
Banyak orang yang menganggap kualitas ini diperoleh hanya untuk memperoleh kepuasan spiritual.dan tidak perlu untuk iman dan Islam. Dengan kata lain, tanpa adanya ridla Allah sesorang dapat saja menjadi mislim dan mukmin yang baik. Pandangan yang salah ini muncul karena orang pada umumnya tidak membedakan antara Islam parsial dan Islam sejati yang sendirinya benar dalam pandangan Allah SWT.
Banyak orang Islam yang mengaku percaya kepada Tuhan dan Nabi dan menyatakan Islam sebagai agamanya. Namun, mereka menerapkan Islam itu hanya untuk sebagian dari hidup mereka. Sampai batas tertentu, mereka menunjukkan sikap cinta terhadap Islam, secara ekstensif memperlihatkan ritual-ritual seperti shalat, mambawa tasbih, selalu menyebut-nyebut asma-asma Tuhan. Lebih khusus lagi , mereka memperlihatkan kesalehan-kesalehan formal seperti dalam hal makanan, pakaian, hal-hal yang bersifat sosial lain termasuk segi budaya. Dengan demikian mereka sepenuhnya religius. Tetapi diluar kebiasaan itu, kehidupan mereka sama sekali tidak mengikuti bimbingan Tuhan. Jika mereka mencintai, cinta mereka adalah demi diri dendirinefara mereka, bangsa mereka, atau yang lain. Bukan demi Allah. Inilah yang dinamakan Islam Parsial.
Jenis Islam yang kedua adalah orang yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan eksistensinya ke dalam Islam. Peran-peran yang mereka mainkan berada di dalam kerangka satu peran sebagai muslim. Mereka benar-benar muslim, baik dikala sebagai seorang ayah, anak, suami, atau istri, pengusah tuan tanah, pekerja atau buruh. Perasaan mereka, nurani mereka, idiologi, pikiran dan opini, sikap suka atau benci mereka, semua didasarkan atas nilai Islam. Bimbingan Allah benar-benar mempengaruhi hati dan pikiran mereka, mata dan telinga mereka, percumbuan, hasrat seksual, tangan dan kaki, badan jiwa mereka. Rasa cinta dan benci mereka tidak lepas dari kretiria Islam. Jika ia memberikan sesuatu kepada orang lain, adalah karena Islam menghendaki hal itu memang harus dilakukan. Jika menarik sesuatu dari orang lain, itupun semata-mata karena Islam menghendaki demikian.[4]

Nabi Muhammad SAW bersabda :
حدثنا مسدد، ثنا يحيى، عن إسماعيل بن أبي خالد، ثنا عامر قال:
أتى رجل عبد اللّه بن عمرو، وعنده القوم حتى جلس عنده فقال: أخبرني بشىء سمعته من رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم فقال: سمعت رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم يقول: "المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده، والمهاجر من هجر ما نهى اللّه عنه".
“Orang yang sempurna Islamnya adalah orang yang menyelamatkan orang Islam yang lain dari gangguan lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah sebenarnya ialah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (H.R.Bukhary)[5]
Seorang muslim yang menyadari ajaran-ajaran agamanya akan menjadi pribadi yang berjiwa sosial, karena dia memiliki misi dalam hidupnya. Orang yang memiliki misi dalam hidupnya tidak akan mempunyai pilihan lain kecuali harus berhubungan dengan orang lain, bergaul dan berbaur dengan mereka serta terlibat dalam kegiatan memberi dan menerima.

Seorang muslim akan bergaul dalam kehidupan sosial dengan cara yang terbaik, sesuai pemahamannya atas agama yang benar dan nilai-nilai kemanusiaan yang yang mulia yang dianjurkan dalam bidang interaksi sosial.[6]

Beberapa diantara yang harus dilakukannya adalah :
Jujur
الصدق هوالاخبار بمايطابق الواقع والكذب هوالاخبار بمالايطابق
Jujur adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan kenyataannya, sedangkan dusta adalah memberitakan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataanya.[7]
Seorang muslim bersikap jujur kepada semua orang, karena Islam mengajarkan bahwa kejujuranmerupakan pokok segala sifat mulia. Kejujuran secara alamiah mendorong kepada kebaikan, yang akan mengantarkan seseorang yang mengikutinya masuk surga.
Nabi Muhammad bersabda :
أخبرنا الحسن بن سفيان الشيباني والحسين بن عبد الله القطان بالرقة وابن قتيبة واللفظ للحسن قالوا حدثنا إبراهيم بن هشام بن يحيى بن يحيى بن الغساني قال حدثنا أبي عن جدي عن أبي إدريس . قال رسول الله "قل الحق ولو كان مرا"
“Katakan yang sebenarnya walaupun terasa pahit.”[8]
Seorang muslim sejati yang mencapai derajat ini tidak menipu, tidak curang, juga tidak menikam dari belakang, karena syarat-syarat kejujuran adalah ketulusan kemurnian, kedilan, dan kesetiaan. Kejujuran tidak memberi ruang untuk kecurangan, penipuan, ketidak adilan, dan pengkhianatan.
Oleh karena itu, seorang muslim adalah seorang pencinta kebenaran yang tulus, senantiasa benar dalam kata dan perbuatannya. Ini merupakan status yang tinggi dan mulia yang akan dicatat oleh Allah sebagai pencinta kebenaran yang sejati[9]

Sabar
الحلم هوصفة تحمل صاحبها على ترك الانتفاع ممن اغضبه مع قدرته على ذلك
Sabar adalah sifat yang mendorong seseorang untuk meninggalkan dendam terhadap orang yang menjengkelkannya, meskipun orang tersebut mampu untuk membalasnya.[10]
Seorang muslim yang memahami agamanya senantiasa melatih dirinya untuk sabar dan mengendalikan kemarahannya, dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an :
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZム’Îû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáø‹tóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä† šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.[11]
Kontrol diri pada saat marah merupakan ukuran kejantanan seseorang. Jika seseorang bisa mengontrol dirinya ketika marah, dia akan bisa mengendalikan berbagai konflik yang ada, mencapai tujuannya dan memperoleh ridha sesamanya.

Tidak iri hati
الحسد هي تمنى زوال النعمة عن الغير
Hasud (iri hati) adalah harapan hilangnya nikmat yang diterima oleh orang lain.[12]
Karakteristik jahat yang jarus dijauhi seorang muslim sejati adalah dengki. Sifat seorang muslim sejati harus bebas dari sifat dengki. Dikarenakan keimanan dan kedengkian tidak bisa berjalan dengan bersama-sama.
Diriwayatkan Abu Daud, Nabi Muhammad SAW bersabda :
اياكم والحسد فان الحسد ياءكل الحسنات كما تاءكل النار الحطب
“Jauhilah sifat hasad dan dengki, karena sesungguhnya hasad dan dengki itu memakan merusak amal kebaikan, seperti api membakar kayu.”[13]
Amanah
الامانة هي القيام بخقوق الله تعالى وحقوق عباده
Amanah adalah melaksanakan hak-hak kewajiban kepada Allah.[14]
Dengan adanya amanah, maka agama atau iman menjadi sempurna, harga diri terpelihara dan harta kekayaan akan terjaga. Sebab melaksanakan hak-hak kewajiban kepada Allah, berarti mengamalkan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Sedangkan melaksanakan hak-hak kewajiban terhadap sesama manusia itu, berarti mengembalikan barang titipan kepada yang empunya, tidak mengurangi timbangan, takaran atau meteran. Tidak membeberkan rahasia atau aib-aib orang lain dan memilih sesuatu yang cocok untuk dirinya, baik dalam agama maupun dunia.
Terkait dengan penjelasan di atas, ada sebuah kisah yang patut kita teladani. Anas Ibn Malik r.a. mengisahkan bahwa kami sedang duduk-duk bersama Rasullullah SAW. Beliau bersabda,”Akan berlalu saat ini orang ahli surga.”. saat itu juda datang seorang sahabat dari kaum Anshar muncul sambil mengusap jenggot menghilangkan bekas wudlu. Keesokan harinya Rasullullah kembali mengatakan hal yang sama dan muncul sahabat Anshar itu. Di hari ketiga Rasullullah juga berkata sama dan muncul orang yang Anshar itu. Sehingga muncul rasa keingintahuan pada diri seorang Abdullah Ibnu Umar untuk mencari tahu apa amalan orang Anshar itu, sehingga Rasullullah mengatakan dia termasuk penghuni surga. Selama tiga malam pengamatan terhadap orang Anshar itu, Abdullah tidak melihat amaliyah yang menonjol pada diri orang Anshar itu. Melihat hal yang demikian, akhirnya diputuskan oleh Abdullah untuk bertanya kepada kaum Anshar itu,”Apakah amalan saudara sehingga Rasullullah mengatakan anda termasuk orang penghuni surga?”. Mendengar pertanyyaan itu, orang Ansharpun menjawab,”Diriku hanyalah seperti yang kamu lihat, tapi tak pernah terbetik dalam hatiku, perasaan dengki terhadap muslim lainnya, atau perasaan iri terhadap anugrah yang diberikan oleh Allah.”[15]


Daftar Pustaka


Prof.Dr.H.Hadari Nawawi.Hakeket Manusia Menurut Islam.Al-Ikhlas. Surabaya.1993
Abul A’la Maududi.Menjadi Muslim Sejati.Mitra Pustaka.Yogyakarta.1998
M.Said. 101 Hadits Budi Luhur.Putra Al-Ma’arif
Hafidz Hasan Al-Mas’udi.Bekal berharga untuk Menjadi Anak Mulia.Al-Hidayah. 1999
Dr.Muhammad Ali Al-Hasyimi.Menjadi Muslim Ideal. Mitra Pustaka. Yogyakarta. 2000
Mulyanto. Kisah-Kisah Teladan Untuk Keluarga. Gema Insani. Jakarta. 2004







[1] Prof.Dr.H.Hadari Nawawi.Hakeket Manusia Menurut Islam.Al-Ikhlas. Surabaya.1993.Hal 97
[2] Abul A’la Maududi.Menjadi Muslim Sejati.Mitra Pustaka.Yogyakarta.1998. Hal 135
[3] Ibid. Hal 136
[4] Ibid. Hal 139
[5] M.Said. 101 Hadits Budi Luhur.Putra Al-Ma’arif.Hal 24
[6] Dr.Muhammad Ali Al-Hasyimi.Menjadi Muslim Ideal. Mitra Pustaka. Yogyakarta. 2000. Hal 239
[7] Hafidz Hasan Al-Mas’udi.Bekal berharga untuk Menjadi Anak Mulia.Al-Hidayah.1999.Hal 51
[8] Op.cit.M.Said.Hal 46
[9] Op.cit.Dr.Muhammad Ali Al-Hasyimi. Hal 241
[10] Op.cit.Hafidz Hasan Al-Mas’udi.Hal 65
[11] Op.cit.Dr.Muhammad Ali Al-Hasyimi. Hal 285
[12] Op.citHafidz Hasan Al-Mas’udi..Hal 74
[13] Op.cit.M.Said. Hal 45
[14] Op.cit.Hafidz Hasan Al-Mas’udi. Hal 57
[15] Mulyanto. Kisah-Kisah Teladan Untuk Keluarga. Gema Insani. Jakarta. 2004. Hal.43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar