Minggu, 19 April 2009

hakikat berkurban

Hakikat Berqurban
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر.
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر.
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر.
ولله الحمد
الحمدلله رب العالمين . اشهد ان لااله الاالله واشهد ان محمدا رسول الله . اللهم صلى على سيدنا محمد . امابعد
فيا عباد الله . اوصيكم ونفسي بتقو الله . قال الله تعالى في القران العظيم . يا أيهاالذين امنوا اتقو الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون .

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.
Qurban berasal dari kata قرب, yang artinya mendekatkan diri. Jadi yang dimaksud dengan qurban adalah mendekatkan diri, dan dalam konteks keIslaman maknanya yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Istilah lain dari ritual qurban ini adalah Udhiyyah, yaitu mempersembahkan atau memberikan sesuatu kepada tuhan dengan sesuatu yang dikorbankan, yang dalam konteks keIslaman sesuatu yang diqurbankan itu adalah hewan ternak seperti sapi, unta dan kambing.
Pada dasarnya ritual ibadah qurban itu sendiri sudah dilakukan sebelum kedatangan Islam. Orang-orang quraisy pada masa jahiliyah selalu melakukan ritual qurban yang dipersembahkan bagi patung-patung sesembahan mereka. Sebenarnya ritual qurban yang mereka lakukan pun berasal dari sejarah qurban Nabi Ibrahim yang mana perintah berqurban tersebut berasal dari Allah dan dilakukan untuk memenuhi perintah tersebut yang kemudian diselewengkan menjadi ritual qurban yang di persembahkan untuk patung-patung sesembahan mereka.
Bahkan qurban pun sebenarnya sudah dilakukan ketika Allah menurunkan manusia pertama ke dunia yaitu nabiyullah Adam, yang pada waktu itu Allah memerintahkan kepada dua orang anak nabi Adam untuk melakukan ritual qurban. Salah satu anak nabi adam yaitu habil, mendatangkan persembahan yang terbaik untuk diqurbankan, sedangkan kobil mendatangkan persembahan yang terburuk yang menunjukan ketidak ikhlasannya dalam melakukan qurban yang diperintahkan Allah , yang menyebabkan tidak diterimanya qurban yang dilakukannya, sedangkan yang diterima adalah qurban yang dilakukan habil yang telah mendatangkan persembahan terbaik, dan apa yang dilakukan habil menunjukan keikhlasan dalam melaksanakan perintah qurban yang menjadikan qurbannya diterima di sisi Allah . Kisah ini diceritakan dalam Al-qur'an surat Al-Maidah ayat 27 :
* ã@ø?$#ur öNÍköŽn=tã r't6tR óÓo_ö/$# tPyŠ#uä Èd,ysø9$$Î/ øŒÎ) $t/§s% $ZR$t/öè% Ÿ@Îm6à)çFsù ô`ÏB $yJÏdωtnr& öNs9ur ö@¬6s)tFムz`ÏB ̍yzFy$# tA$s% y7¨Yn=çFø%V{ ( tA$s% $yJ¯RÎ) ã@¬7s)tGtƒ ª!$# z`ÏB tûüÉ)­FßJø9$# ÇËÐÈ Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

Idul Adha dinamakan juga Idhul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti, atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut itu, kita berada dalam suasana Idul Adha yang merupakan Hari Raya yang terbesar dalam Islam. Hari Raya yang menggambarkan betapa besar dan agungnya umat Islam yang telah bertaqwa kepada Allah SWT.
“Qurban” yang lazim disebut dalam bahasa Indonesia “kurban” ialah penyembelihan hewan tertentu pada tanggal 10-13 Dzulhijjah dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Hewan yang disembelih bukan pada tanggal 10-13 Dzulhijjah, walaupun maksudnya untuk mendekatkan diri kepada Allah, tidak dinamakan kurban. Demikian pula hewan yang disembelih pada tanggal tersebut tetapi tujuannya bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, juga tidak dapat dikatakan kurban.
Allah berfirman dalam surat Al-Kautsar ayat 2 : [1]
Èe@Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”

Penyembelihan hewan qurban itu merupakan standar ukuran buat masing-masing kita, sampai seberapa besar keimanan, ketaqwaan, keikhlasan serta kesediaan kita untuk berkorban demi untuk pengabdian kita kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan yang kita potong, melainkan hanya niat amal kita yang ikhlas sajalah yang diterima Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-qur’an surat Al-Hajj ayat 37 :[2]
`s9 tA$uZtƒ ©!$# $ygãBqçté: Ÿwur $ydät!$tBÏŠ `Å3»s9ur ã&è!$uZtƒ 3“uqø)­G9$# öNä3ZÏB 4 y7Ï9ºx‹x. $ydt¤‚y™ ö/ä3s9 (#rçŽÉi9s3çGÏ9 ©!$# 4’n?tã $tB ö/ä31y‰yd 3 ÎŽÅe³o0ur šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÌÐÈ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dari ayat tersebut kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan kurban yang kita potong itu, baik itu kambing, sapi maupun kerbau, maka bukanlah daging-daging atau darah-darahnya yang akan diterima Allah SWT, melainkan ketaatan, keikhlasan, dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang akan diterima dan dibalas dengan pahala yang setimpal oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, pengorbanan dan pengabdian merupakan suatu manifestasidari didikan Islam kepada umat Islam untuk memperkuat jiwa kesetiakawanan sosial dan dermawan, serta untuk melatih dan membiasakan umat untuk mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya demi untuk keselamatan dan kebahagiaan umat bersama-sama serta kemajuan masyarakat bangsa dan negara serta kejayaan Islam.
Apabila kita memperhatikan berkurban dari segi memperoleh Keridho’an Allah, maka sesunggunya berkorban ini amatlah besar pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasullullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah RA. [3]
عن عمران بن حصين وزيد بن أرقم وهذا حديثٌ حسنٌ غريبٌ لا نعرفه من حديث هشام بن عروة إلا من هذا الوجه وأبو المثنى اسمه سليمان بن يزيد روى عنه ابن أبي فديك.
ويروى عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال في الأضحية: (لصاحبها بكل شعرة حسنةٌ ويروى بقرونها) .
Artinya : Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, akan dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut (bulu hewan) adalah satu kebajikan.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, alangkah besar amal ibadah berkurban ini. Gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya. Hidup ini pasti akan mati, harta kekayaan pasti akan kita tinggalkan seluruhnya, yang akan kita bawa hanyalah amal ibadah kita yang kita lakukan selagi kita masih hidup.
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر.
ولله الحمد
M.Natsir, Wakil Presiden Muktamar Alam Islam, mengemukakan bahwa titik-titik kelemahan umat Islam dewasa ini ada berbegai macam aspek. Salah satunya adalah “Rakus pada dunia, dan takut pada resiko.”. Umat Islam sangat rakus pada dunia (حب الدنيا) , dan dalam waktu yang sama, sangat takut menanggung resiko. Banyak diantara kita yang enggan untuk berkurban, dengan alasan takut harta yang dimiliki akan habis.[4]
Umat Islam yang mampu diperintahkan untuk berkurban dengan memotong hewan kurban, yang dagingnya dibagikan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Ajaran tentang kurban telah disyariatkan kepada berbagai bangsa disegala zaman, meski dengan bentuk yang berbeda-beda, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al- Hajj ayat 34 :
Èe@à6Ï9ur 7p¨Bé& $oYù=yèy_ %Z3¡YtB (#rãä.õ‹u‹Ïj9 zNó™$# «!$# 4’n?tã $tB Nßgs%y—u‘ .`ÏiB ÏpyJ‹Îgt/ ÉO»yè÷RF{$# 3 ö/ä3ßg»s9Î*sù ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur ÿ¼ã&s#sù (#qßJÎ=ó™r& 3 ÎŽÅe³o0ur tûüÏGÎ6÷‚ßJø9$# ÇÌÍÈ
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”

Secara psikologis binatang yang dikorbankan itu, melambangkan sifat kebinatangan yang melekat pada diri manusia, seperti sifat kejam, serakah dan egois, yang perlu dibuang dengan tebusan penyembelihan hewan sebagai upaya memenuhi panggilan dan perintah Allah SWT.
Oleh karena itu darah yang mengalir dari binatang kurban hendaknya dapat membuat kita menjadi insyaf, bahwa binatang saja rela untuk mati demi menuruti kemauan manusia yang menguasainya. Maka sewajarnyalah jika manusia suka berkurban di jalan Allah, yang kekuasaan-Nya atas manusia jauh lebih besar jika dibandingkan kekuasaan manusia atas hewan. Karena Allah SWT bukan saja kuasa atas manusia, akan tetapi Dia-lah yang menciptakan dan memeliharanya.[5]
Hikmah dan nilai rohani yang dapat kita petik dari ajaran dan pelaksanaan ibadah kurban ini, karena itu adalah tugas kita semua untuk mencontoh dan mengambil tauladan dari derap dan langkah serta sikap Nabi Ibrahim AS dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinannya kepada Allah SWT.[6]
Semua orang tahu, bahwa dari drama besar ketiga tokoh, yakni Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Nabi Ismail AS itulah awal peristiwa besar yang menjadi sejarah abadi ini.
Bermula dari sebuah mimpi Nabi Ibrahim yang mendapatkan wahyu untuk menyembelih Ismail. Penyembelihan itu, sebagai bukti tunduk dan patuhnya Ibrahim dengan Allah SWT.
Begitu bangun, ia berdebar-debar. Ujian kali ini bener-benar berat. Betapa tidak, Nabi Ibrahim bersama istrinya Siti Hajar sangat menyayangi Ismail.
Agak ragu, namun akhirnya ia menguatkan hati demi rasa cinta yang lebih besar dari pada cintanya kepada Allah. Ia beritahukan mimpi itu kepada Ismail.
“Wahai Ismail, ayah tadi mimpi diperintahkan untuk menyembelihmu sekarang, bagaiman pendapatmu, Nak?” kata Ibrahim.
“Wahai ayah, sekiranya itu perintah Allah maka laksanakanlah apa yang diperintahkan untuk itu, dan aku akan tetap sabar dan ikhlas.” Jawab Ismail.[7]
Hadirin Rohimakumullah.
Tokoh Nabi Ibrahim AS sebagai seorang ayah, patut dijadikan contoh tauladan bagi ayah-ayah dimasa kini. Beliau amat mencintai anak dan istrinya, tetapi cintanya kepada Allah diatas segala-galanya. Karena itu beliau rela mengorbankan apa saja, bahkan mengorbankan putranya sendiri sekalipun, demi untuk memenuhi panggilan Allah SWT. Godaan Iblis yang tak henti-hentinya itu, tak mampu menggoyangkan imannya, bahkan semakin tabah dan tetap hatinya.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.
Dalam rangkaian sejarah peristiwa kurban ini, Siti Hajar sebagai seorang istri dan ibu yang amat kuat imannya dan setia kepada suami serta cinta dan kasih sayang kepada puteranya. Ibu yang demikian ini wajib diteladani oleh ibu-ibu masa kini. Ia seorang ibu yang baik, sabar dan tabah. Ia tidak duka ketika suaminya meninggalkannya seorang diri di gurun sahara. Ia merelakan suaminya pergi karena kepergiannya itu untuk memenuhi panggilan Illahi.
Ia rela berkurban dan mengurbankan apa saja, bahkan merelakan putranya untuk disembelih oleh suaminya sendiri, demi untuk bakti kepada Allah SWT. Ia tidak mempan digoda oleh Iblis walaupun godaan itu menggiurkan. Ia menolak semua godaan itu. Karena itu tekad yang tulus dan ikhlas. Siti Hajar itu patut dicontoh dan diteladani oleh kita semua, terutama oleh para Ibu dan wanita-wanita masa kini.
Kesetiaan seorang istri kepada suaminya dan ketabahan serta kesabaran dalam mengemban tugas-tugas rumah tangga adalah sumber keharmonisan rumah tangga itu sendiri, sekaligus kebahagiaan dalam rumah tangga.
Peran seorang ibu amatlah penting dalam membentuk watak dan kepribadian seorang anak yang baik, dan akan menentukan watak bangsa dikemudian hari, sebagaimana dinyatakan oleh Rasullullah SAW dalam hadistnya
“Almar-atu ‘imadul bilad, iza soluhat soluhat, wa iza fasadat fasadat”
Artinya :Wanita adalah tiang negara, apabila ia baik maka baiklah negara itu, dan apabila rusak maka rusak pula negara itu.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia,
Sejenak kita perhatikan tokoh Ismail AS, Ia adalah seorang tokoh yang patut ditiru dan dicontoh oleh para remaja kita dewasa ini. Untuk membuktikan ketakwaan dan baktinya kepada Allah SWT, serta baktinya kepada kedua orangtuanya, Ia rela mengorbankan nyawanya berpisah dari jasadnya. Bukankah ini sebuah pengorbanan yang amat luar biasa dari seorang pemuda ?
Hanya dengan pengorbanan yang besar itulah kebahagiaan akan dimiliki, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 92 :
`s9 (#qä9$oYs? §ŽÉ9ø9$# 4Ó®Lym (#qà)ÏÿZè? $£JÏB šcq™6ÏtéB 4 $tBur (#qà)ÏÿZè? `ÏB &äóÓx« ¨bÎ*sù ©!$# ¾ÏmÎ/ ÒOŠÎ=tæ ÇÒËÈ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
Untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan mensejahterakan umat serta tegaknya syi’ar Islam ini, maka kita amat memerlukan remaja yang berjiwa besar dan berakhlaq mulia.
Kita masih memerlukan para remaja yang ikhlas dan berani berkurban untuk mencapai cita-cita yang luhur, Dan karena itu wahai remaja sekalian, jauhkanlah gaya hidup kalian akan kebudayaan yang merusak akhlaqmu, seperti penyalahgunaan psitropika/narkoba, perkelahian, perjudian, pergaulan bebas dan lain sebagainya.
Ketahui dan ingatlah bahwa hanya di tangan kalianlah sebagai generasi penerus nantinya, terletak Kejayaan umat Islam dan bangsa ini, dan dalam derap langkah kalianlah hidup dan matinya bangsa ini.

Peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS dengan puteranya Ismail, dan ketabahan istrinya Siti Hajar, memberikan contoh bagi kita betapa pentingnya fungsi iman bagi kehidupan keluarga agar kita dapat menempatkan kewajiban taat kepada Allah SWT harus di atas segala-galanya.
Kecintaan kepada Allah harus diletakkan di atas kecintaan seorang ayah terhadap anak, istri, dan di atas kecintaannya pada harta, kedudukan serta kesenangan ataupun kebanggaan lainnya. Sebab, perintah dan ajaran yang telah digariskan Allah harus kita junjung setinggi-tingginya di atas segala-galanya, harus kita laksanakan dengan tekad yang bulat tanpa keengganan dan pembangkangan sedikitpun. Keluarga Nabiyullah Ibrahim AS telah menunjukkan contoh yang demikian itu, yaitu kehidupan rumah tangga muslim yang benar-benar dibangun dengan kekompakan dan kerukunan, yang dilandasi oleh dasar iman dan taqwa. Bagi keluarga yang demikian itu tentu tak ada satu pengorbanan pun yang dirasa berat untuk melaksanakan perintah Allah dan memperjuangkan agama-Nya.[8]
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر. ولله الحمد
اقول قول هذا واستغفروه . انه هوالغفور الرحيم

الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر.
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر .
ولله الحمد
الحمدلله رب العالمين . اشهد ان لااله الاالله واشهد ان محمدا رسول الله . اللهم صلى على سيدنا محمد . امابعد
فيا عباد الله . اوصيكم ونفسي بتقو الله . قال الله تعالى في القران العظيم . يا أيهاالذين امنوا اتقو الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون .
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم . ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»¡SM}$# ’Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات . والمسلمين والمسلمات . الاحياء منهم والاموات . انك على كل شيئ قدير .
ربنا أتنا فىالدنيا حسنة . وفىالاخرة حسنة . وقنا عذاب النار.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Daftar Pustaka

Fuad Said. Kurban dan Akikah. Pustaka Al-Husna. Jakarta. 1994
DR.Yusuf Qardhawi. Fikih Prioritas. Gema Insani Press. Jakarta. 1996
Endang Saifudin. Wawasan Islam. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1990
Yahya Jaya. Spiritualisasi Islam. Ruhama. Jakarta. 1994
Dhurorudin Mashad. Kisah dan Hikmah. Erlangga. Jakarta. 2001
Rahimsyah. 25 Nabi dan Rasul. Karya gemilang Utama. Surabaya. Tt


[1] Fuad Said. Kurban dan Akikah. Pustaka Al-Husna. Jakarta. 1994. Hal.3
[2] Ibid. Hal 5
[3] DR.Yusuf Qardhawi. Fikih Prioritas. Gema Insani Press. Jakarta. 1996. Hal.15
[4] Endang Saifudin. Wawasan Islam. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1990. Hal.347
[5] Yahya Jaya. Spiritualisasi Islam. Ruhama. Jakarta. 1994. Hal.97
[6] Endang Saifudin. Op.Cit. Hal.349
[7] Rahimsyah. 25 Nabi dan Rasul. Karya gemilang Utama. Surabaya. Tt. Hal. 50
[8] Dhurorudin Mashad. Kisah dan Hikmah. Erlangga. Jakarta. 2001. Hal 56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar